AS Investasi US$ 2,4 M, Indonesia Beli Gas dari AS US$ 13 M

Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (tengah) menyimak pernyataan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (kanan) saat pertemuan di Ruang Oval Gedung Putih di Washington, 27 Oktober 2015 (Antara/Setpres-Laily)


Jakarta
 - Badan Koordinasi Penanaman Modal mencatat rencana investasi AS sebesar US$ 2,4 miliar di sela kunjungan Presiden Joko Widodo ke Amerika Serikat.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyampaikan bahwa rencana investasi Amerika ke Indonesia masing-masing adalah sektor makanan,minuman dan tembakau sebesar US$ 1 miliar dalam bentuk perluasan investasi, kelistrikan US$ 600 juta, hilirisasi sektor agro sebesar US$ 750 juta, industri alat berat/permesinan US$ 12 juta, serta sektor kertas dan percetakan, masing-masing dalam bentuk statement of investment.

“Rencana investasi yang diidentifikasi BKPM tersebut merupakan bagian dari kesepakatan bisnis Indonesia dan Amerika senilai US$ 20 miliar. BKPM akan terus mengawal agar rencana investasi yang sudah disampaikan tersebut dapat segera direalisasikan terutama yang perluasan, serta masuk dalam tahap pengajuan izin prinsip untuk yang masih dalam bentuk statement of investment,” ujarnya usai kegiatan US-Indonesia Investment Summit di Washington DC, kemarin (26/10).

Franky menambahkan, dari rencana investasi yang disampaikan oleh inevstor Amerika dalam kunjungan di Washington D.C. ini, BKPM melihat target diversifikasi investasi Amerika Serikat ke Indonesia tercapai, karena sektor usaha yang dimasuki di luar sektor pertambangan.

Adapun, kesepakatan bisnis Indonesia dan Amerika senilai US$ 20 miliar rinciannya sebagai berikut.

A. Kesepakatan bisnis sebesar US$ 15,705 miliar yakni:
1. Perjanjian jual beli gas alam cair (LNG) antara Pertamina dan Corpus Christie Liquefaction senilai US$ 13 miliar, untuk pengiriman gas alam ke FSRU Lampung bagi kebutuhan gas di wilayah barat Indonesia dan LNG Terminal untuk Indonesia Timur.
2. Ekspansi Phillip Morris sebesar US$ 1,9 miliar (US$ 500 juta untuk belanja modal dan US$ 1,4 miliar berupa penerbitan saham baru Sampoerna). Belanja modal tersebut untuk perluasan pabrik dan perkantoran serta investasi yang akan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2016-2020.
3. Coca Cola juga akan investasi US$500 juta untuk perluasan dan penambahan produksi, pergudangan, distribusi, dan infrastruktur minuman ringan selama 2015-2018.
4. Rencana pengembangan lahan shale gas Eagle Ford, Fasken milik Swift Energy yang akan dilakukan oleh Saka Energi dengan Swift Energy di Webb County, Texas dengan nilai sebesar US$175 juta.
5. Kesepakatan bisnis antara PT PLN (Persero) dengan General Electric, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric dengan nilai sebesar US$ 100 juta dolar AS untuk pembangunan PLTA 100 MW di Gorontalo.
6. Kerja sama Universitas Udayana dengan Skychaser Energy untuk konservasi air dan reduce power consumption dengan nilai sebesar US$ 30 juta.
7. Kerja sama antara BNI syariah dengan MasterCard untuk peluncuran kartu debit haji dan umroh yang diselenggarakan oleh BNI Syariah dengan MasterCard.


B. Kesepakatan bisnis bernilai US$ 4,55 miliar terbagi dalam tiga grup yakni

Group 1
1. Antara PT PLN (Persero) dengan UPC Renewables senilai sebesar US$850 juta untuk pembangunan 350 MW Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dalam waktu tiga tahun (2015-2018),
2. Antara Cikarang Listrindo dengan General Electric nilai investasi sebesar US$600 juta untuk perluasan pembangunan pembangkit listrik (IPP).
3. Antara PT Indonesia Power dengan General Electric untuk pembangunan pembangkit di Jawa Tengah sebesar 700 MW senilai US$ 400 juta.
4. Antara PT PLN Batam (Persero) dengan General Electric senilai sebesar US$ 525 juta untuk pembangunan pembangkit bergerak (mobile) 500 MW di Mataram, Bangka, Tanjung Jabung, Pontianak, Lampung dan Sei Rotan.

Group 2
1. Antara PT Kereta Api Indonesia dengan General Electric, senilai sebesar US$60 juta untuk perawatan 50 lokomotif selama 8 tahun
2. Antara PT PLN (Persero) dengan Caterpillar senilai sebesar US$500 juta untuk proyek 2 GW pembangkit tenaga hibrid dan Proyek Solar PV+ energy storage untuk microgrid di daerah-daerah terpencil (500 pulau) dengan solusi pembiayaan initial capital investment melalui power purchase agreement dengan PLN.
3. Rencana perluasan investasi Cargill pada tahun 2015-2019 dengan nilai sebesar US$ 750 juta dolar AS di mana sebesar US$ 84 juta dolar AS sudah direalisasikan sehingga investasi baru yang akan dilakukan sebesar US$ 666 juta.
4. Pembangunan Remanufacturing Facility untuk Cylinder Head di Cileungsi, Bogor oleh Caterpillar senilai sebesar US$ 12 juta dolar AS yang merupakan self signing.

Group 3
1. Kerja sama antara Perum Peruri dengan Crane Currency untuk pembangunan pabrik pengaman uang kertas yang akan dibangun di Karawang dengan nilai sebesar US$ 10 juta dan antara Perum Peruri dengan Jarden Zinc untuk pembangunan pabrik di Karawang dengan nilai sebesar US$ 30 juta.
2. Kerja sama PT Pertamina dengan Bechtel corporation dalam kurun waktu 5 tahun untuk pembangunan dan pengembangan kilang dengan nilai transaksi US$ 800 juta.
3. Antara Kilat Wahana Jenggala dengan Hubbell Power Systems yaitu ekspansi pada existing plant yang memproduksi/assembly insulator transmisi polymer untuk distribusi listrik, menambah lokalisasi transmisi sebesar US$ 5-10 juta.
Menurut catatan BKPM, sejak tahun 2010 hingga kuartal-III 2015, investasi Amerika Serikat di Indonesia sebesar US$ 8,0 miliar, di mana lima sektor terbesar adalah pertambangan US$ 7,2 miliar, perdagangan/reparasi US$ 258 juta, industri makanan US$ 167 juta, industri alat angkut US$ 142 juta, dan industri kimia/farmasi US$ 56 juta. “Porsi investasi sektor pertambangan mencapai 90 persen keseluruhan investasi Amerika di Indonesia,” papar Franky.
Selain rencana investasi Amerika ke Indonesia, BKPM juga mencatat adanya outward investment perusahaan Indonesia ke Amerika Serikat sebesar US$ 175 juta, yang akan dilakukan oleh PT Saka Energi, anak perusahaan PGN (Perusahaan Gas Negara). Perusahaan yang bergerak di bidang pengangkutan dan distribusi gas ini, akan bekerja sama dengan Swift Energy Company (Perusahaan Amerika) untuk eksplorasi dan eksploitasi gas di wilayah Fasken di the Eagle Ford Trend di Webb County, Texas. “Nilai investasi yang direncanakan sebesar US$ 175 juta, dengan 36 persen hak Swift Energy di Texas atas wilayah Fasken tersebut,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Franky menambahkan bahwa BKPM mendukung outward investment ini karena memiliki nilai strategis mendukung ketahanan energi di Indonesia di mana gas yang dihasilkan akan digunakan untuk mendukung pemenuhan kebutuhan gas di Indonesia. BKPM akan mendukung sepenuhnya rencana outward investment perusahaan Indonesia ke luar negeri.
Kesepakatan rencana investasi tersebut merupakan bagian dari kesepakatan bisnis antara perusahaan Indonesia dan Amerika sebesar US$ 20 miliar atau setara dengan Rp 273,4 triliun yang terdiri dari 12 kesepakatan bisnis diantaranya di bidang energi, transportasi dan perluasan pabrik. Pada saat yang sama juga diumumkan enam kesepakatan bisnis antara lain di bidang energi, konservasi air dan perbankan syariah.

Sebelumnya, saat bertemu dengan Presiden Barack Obama, Presiden Jokowi membahas beberapa hal terkait isu ekonomi antara lain pengembangan potensi ekonomi digital. Menurut Presiden, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi ekonomi digital terbesar di dunia dan sektor tersebut menjadi salah satu prioritas pengembangan ekonomi lainnya. Isu ekonomi lainnya yang diangkat adalah seputar minat Indonesia untuk bergabung dalam kesepakatan Trans Pacific Partnerships.

Yosi Winosa/FMB
Previous
Next Post »