Memilih Musuh atau Teman?


Pada zaman Tiongkok Kuno, ada seorang petani punya seorang tetangga pemburu yang mempunyai anjing-anjing galak dan kurang terjaga. Anjing-anjing itu sering melompati pagar dan mengejar-ngejar domba-dombanya. Petani itu meminta tetangganya untuk menjaga anjing-anjingnya, tetapi ia tidak peduli.


Suatu hari anjing-anjing itu lompat pagar dan menyerang beberapa kambing sehingga terluka parah. Petani itu merasa tak sabar, lalu pergi ke kota untuk konsultasi pada seorang hakim.


Hakim : “Saya bisa saja menghukum pemburu itu dan memerintahkan untuk merantai dan mengurung anjing-anjingnya. Tetapi Anda akan kehilangan seorang teman dan mendapatkan seorang musuh. Mana yang kau pilih, teman atau musuh yang jadi tetanggamu?”

Petani itu lebih suka punya seorang teman.

“Baik, saya akan beritahu solusinya.”


Ketika sampai di rumah, petani itu segera melaksanakan solusi pak hakim. Dia mengambil tiga domba terbaiknya dan menghadiahkannya kepada tiga anak tetangganya itu, yang mana mereka menerima dengan sukacita dan mulai bermain dengan domba-domba tersebut.


Untuk menjaga mainan baru anak-anaknya, si pemburu itu mengkerangkeng anjing-anjing pemburunya. Sejak saat itu anjing-anjing itu tidak pernah menggangu domba-dombanya.


Di samping rasa terima kasihnya kepada kedermawanannya, pemburu itu sering membagi hasil buruan kepada petani itu. Sebagai balasannya petani mengirimkan daging domba dan keju buatannya.


Dalam waktu singkat tetangga itu menjadi teman yang baik.


———————————


Sebuah ungkapan Tiongkok Kuno mengatakan,”Cara Terbaik untuk mengalahkan dan mempengaruhi orang adalah dengan kebajikan dan belas kasih.”


Sama dengan ungkapan Amerika yang mengatakan,”Seseorang bisa menangkap lebih banyak lalat dengan madu dari pada dengan cuka.”


Sumber: Kiriman WhatsApp teman





Previous
Next Post »