Jatuh Cinta pada Kesederhanaan Islam, Perempuan Rusia Ini pun Bersyahadat

Anastasiya Nasima Bokova
Satu lagi kisah dari mualaf etnis Rusia. Perempuan bernama lengkap Anastasiya Nasima Bokova itu masuk Islam lima belas tahun yang lalu. 

Saat itu, dia masih berumur 18 tahun. “Saya melakukannya secara sadar, bukan karena aku mencintai orang yang berbeda agama,” ucap dia dikutip dari opendemocracy.net

Ia mengaku keputusan itu diambil tanpa paksaan. Perempuan itu punya pencarian spiritual yang panjang. Ia tertarik pada banyak ide yang berbeda. 

Nasima punya beberapa pertanyaan yang tidak bisa dijawab dalam agamanya yang lama, yaitu Kristiani. Ia mempertanyakan, mengapa mereka membuat patung/gambar dan harus berdoa di depan mereka?  Ada beberapa hal yang meragukan, dan itu tidak ada dalam Islam. 

Tak butuh waktu lama bagi Nasima untuk jatuh cinta dengan risalah Muhammad. Dia mulai tertarik setelah berbicara tentang Islam dengan beberapa orang. 

Bagi Nasima, Islam adalah sebuah sistem yang sederhana dengan nilai-nilai yang mudah dipahami. Islam memberitahu bagaimana seseorang harus menjalani hidup. 

Proses hijrahnya berlangsung mudah dan intim. “Saya mulai membaca banyak buku karena saya ingin tahu segala sesuatu tentang Islam,” kenang dia. 
Nasima mengikrarkan syahadat di rumah. Dia tidak pergi ke manapun. Peristiwa itu terjadi larut malam. Dia sedang duduk di meja, kemudian memutuskan dengan penuh keyakinan bahwa dia harus bersyahadat saat itu juga. 

Keesokan harinya, dia memberitahu sang ibu tentang keislamannya. Nasima langsung menjauhi daging anjing, babi, dan lain-lain. Dia ingin belajar mempraktikkan Islam.

Saat itu, Nasima sudah punya beberapa teman Muslim. Ketika Nasima mengatakan kepada mereka bahwa dia sudah menjadi Muslim, mereka memintanya untuk membacakan syahadat. “Saya pun mengucapkannya dan itu saja. Sejak saat itu, semua orang tahu saya Muslim.” 

Untuk pertama kalinya, Nasima mulai pergi ke masjid. Orang-orang mengelilinginya dan mulai mengajukan pertanyaan. Mereka mengajari Nasima cara mengenakan jilbab. Mereka juga menjelaskan banyak hal yang tidak dia tahu. 

Ibunya benar-benar stress ketika dia mulai mengenakan jilbab. Nasima memiliki rambut tebal merah keriting. Ibunya sangat suka itu.

Ketika dia memakai jilbab, semua orang memandangnya heran. Nasima tidak mau terlalu peduli. Perempuan itu mengaku sudah terbiasa menjadi pusat perhatian sejak kecil.
“Saya ingat pernah bertemu seorang guru besar universitas saya di kereta bawah tanah. Ia melihat saya mengenakan jilbab dan mengucapkan selamat kepada saya atas liburan Ortodoks. Saya katakan padanya, saya bukan Ortodoks, tapi Muslim,” kisah dia. 

Profesornya terkejut mendengar jawaban itu, tapi cepat menyahut, “Ya, Kristen dan Muslim harus bersatu melawan Zionisme.”

Setelah lima belas tahun menjadi Muslim, Nasima banyak belajar tentang arti toleransi. Menurut dia, Muslim Rusia berbeda dengan Muslim etnis lain. Islam di Rusia dapat dipraktikkan dengan murni. 

Senada dengan penuturan beberapa mualaf Rusia lain, menurut Nasima, Rusia tidak memiliki tradisi khusus yang bertentangan dengan Islam. “Kami semua dibesarkan dalam keluarga yang benar-benar sekuler,” ucapnya. 

Hal itu membuat mereka tidak berhalangan untuk menerapkan Islam secara utuh. Pada masa mendatang, ia memperkirakan akan semakin banyak orang Rusia masuk Islam.
sumber: republika
Previous
Next Post »