LPWI: Penanggalan Hijriyah Umat Islam Bersifat Sempurna Dan Global


Allah juga menciptakan penanggalan Hijriyah bukan bersifat lokal melainkan global




Hidayatullah.com- Koordinator Lembaga Pengkajian Waktu dalam Islam (LPWI) Endang Dermawan Abdullah mengatakan umat Islam sebetulnya memiliki penanggalan sendiri yang sempurna yaitu Hijriyah.


“Konsepsinya itu mudah, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan segala sesuatu dengan sempurna termasuk penanggalan Islam. Tidak mungkin Allah yang Maha Sempurna penanggalan yang diciptakan tidak sempurna,” kata Endang dalam acara seminar “Mencari dan Memahami Rumusan Konsepsi Penanggalan Islam yang Sebenarnya” di panggung Anggrek IBF 2015 Istora Senayan Jakarta, Ahad (01/03/2015).


Selain penciptaannya yang sempurna, kata Endang, Allah juga menciptakan penanggalan Hijriyah bukan bersifat lokal melainkan global. Kalau sifatnya global lanjutnya berarti harus ada satu konsekuensinya.


“Bulan mengeliling bumi terus dan akan terus berputar. Nah, jika terus berputar kan ngga bisa dihitung jika tidak ada penempatan satu titik di mana sebagai tanda berakhir dan berawalnya. Kalau mau dibikin alat hitung konsekuensinya harus diberi sebuah tanda. Baru kemudian bisa terhitung berapa kali putaran,” papar Endang.


Titik yang telah ditentukan Allah dalam hal bulan itu kata Endang disebut sebagai titik terjadinya ijtimak atau garis konjungsi yaitu pertemuan sejajarnya antara matahari, bulan dan bumi.


“Garis konjungsi itulah yang kemudian menjadi tanda sebagai start awal dan akhir. Jadi, pergantian penanggalan Islam itu secara isyarat bulan adalah dari ijtimak ke ijtimak,” kata Endang.


Kalau ibarat sebuah garis seperti garis towaf, dimana kata Endang, dalam penghitungannya tidak bisa sembarangan dari pintu mana sampai pintu mana. Tetapi lanjutnya, Allah dan Rasul-Nya sudah menentukan awal hitungan towaf itu dari hajar aswad.


“Dari Hajar Aswad ke Hajar Aswad itulah bisa dihitung satu kali putaran,” kata Endang.


Jadi, menurut Endang manusia tidak boleh sembarangan menentukan dari pintu mana ke mana dikatakan satu kali putaran dalam towaf. Nah, sama halnya juga dalam menentukan titik ijtimak atau garis konjungsi tersebut.


Konsepsi yang kedua, kata Endang, selain bulan, bumi juga mengalami perputaran pada porosnya. Jika tidak ditentukan tanda awal dan akhirnya, lanjutnya, tidak akan bisa dihitung.


“Awal hari dalam penanggalan Islam Allah letakkan di zona Mekkah. Bukan Makkah titik tetapi Makkah, Madinah dan Jerusalem itu satu garis bujur atau satu zona waktu. Terbit dan terbenamnya tuh bersamaan,” jelas Endang.


Menurut Endang yang berhak menentukan awal hari di muka bumi ini bukan kesepatakan manusia tetapi harus menunjukkan ketetapan Allah dan Rasul-Nya semata.


“Ditambah lagi Allah berfirman wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian mendahului Allah dan Rasul-Nya. Maksudnya dalam beribadah tentu umat tak boleh mendahului Rasulnya.” kata Endang.


Sementara Endang menyampaikan jika ikhtiar ibadah Rasulullah berada di garis bujur Makkah. Jadi yang berada di garis bujur Makkah dahulu baru kemudian negara yang lain seperti Indonesia.


“Allah berfirman yang artinya agar menjadi pengingat Umul Qura’ yaitu kota Makkah dan sekelilingnya. Nah, Indonesia bagian barat berada pada garis ke-21 di belakang Mekkah, bagian tengah ke-20 dan bagian timur ke-19,” pungkas Endang mengutip ayat dalam ai-Qur’an.*






Previous
Next Post »