Racun Filsafat dan Kafirnya Ibnu Sina




Ketika usiaku meningkat 18 tahun, aku telah berhasil menyelesaikan semua bidang ilmu
-Ibnu Sina-

Siapa yang tak mengenal Ibnu Sina? Seorang saintis timur tengah yang juga menjadi kebanggaan kebanyakan kaum muslimin saat ini. Bagaimana tidak, penguasaannya di dalam bidang perubatan dan keahliannya di bidang falsafah tidak lagi menjadi perdebatan. Pengaruhnya yang luar biasa, diakui hingga ke dunia Barat. Malah buku-buku karangannya dijadikan buku teks sains kedoktoran dan pengetahuan lain di Eropah untuk berabad-abad lamanya.

Ibnu Sina sememangnya luar biasa, namun siapa yang menyangka bahwa ia bukanlah seorang ulama Islam melainkan hanya saintis. Siapa yang menyangka bahawa di balik keahliannya dalam menyembuhkan penyakit orang ternyata dia memiliki virus yang boleh meruntuhkan aqidah umat Islam.

Biografi ringkas
       
Nama penuh beliau ialah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Lahir di Afsaneh (Uzbekistan) pada 980 M dan wafat 1037 M. Menghafal Al - Qur’an dalam usia yang muda namun mindanya telah tercemar dengan pemikiran Aristoteles dan Al Farabi. Beliau telah mengarang berjilid-jilid buku yang kebanyakan bertemakan kedoktoran dan falsafah. Menguasai hampir keseluruhan bidang pengetahuan sehingga dijuluki dengan panggilan Syaikhur Rais. Kehebatan Ibn Sina ini dikagumi sehingga seorang sejarahwan dari Belgium menyatakan ;


Ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada semua bidang, tempat, dan waktu
-George Sarton-

Bukunya yang paling terkenal adalah Al Qanun fi At Thibb atau dikenali juga sebagai The Canon of Medicine, sebuah buku yang membahaskan mengenai ilmu kedoktoran. Kitab Asy Syifa An Nafs dan atau dikenali di Eropah dengan nama Sufficietia, dan Kitab Al Isyarat wa at Tanbihat antara kitab-kitab yang membincangkan ilmu falsafah.

Sempat menjadi doktor di Bukhara dan di akhir hayatnya Ibnu Sina disebut-sebut menjadi guru di sebuah sekolah di Hamadan, Iran.

Pendapat Ulama Mengenai Ibnu Sina

Al-Ghazali mengkafirkan Ibnu Sina dan Al Farabi dalam bukunya, Al Munqidz min Adh Dhalal. Dalam bukunya yang lain, At Tahafut Al Falasifah, beliau membantah pemikiran Ibnu Sina. Ada tiga 'point' utama yang beliau (Al-Ghazali) sebutkan sebagai kekeliruan dan kesesatan para ahli falsafah yang mengaku Islam.

Yang Pertama : Alam ini Qadim dan Azali
Yang Kedua : Tidak ada tempat kembali (dibangkitkan cuma ruh)
Yang Ketiga : Sesungguhnya Allah tidak mengetahui hal-hal yang sifatnya juziyyah (perkara kecil) dan mengetahui hanya Global saja

Syaikh Taqiyuddin An Nabhani dalam Kitab At Tafkir yang banyak memberikan kritikan secara telak kepada Filsafat juga menyebut empat Filosof ( Al Kindi, Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd) Terjatuh kedalam Ke Kafiran yang nyata.


Adz Dzahabi dalam Mizanul I’tidal berkata,

“Saya tidak mengetahui kalau dia meriwayatkan sesuatu dari ilmu dan seandainya dia meriwayatkan, belum pasti riwayat itu darinya, kerana dia adalah ahli falsafah yang sesat”

Ibnu Hajar menukil dari Adz Dzahabi dalam kitab Al Lisan,

“Allah tidak redha padanya”

Ibnu Taimiyah menjelaskan dalam kitabnya, Dar’u Ta’arudh Al ‘Aql wa An Naql, tentang aliran ahli bid’ah dalam menyikapi nas-nas para nabi:

Yang pertama : aliran Tabdil (perubahan): pembuat takhayul, tafriif (penyelewengan), dan ta’wil.
Yang kedua : aliran tajhil (pembodohan)

Para pembuat takhayul adalah mereka yang mengatakan bahwa para nabi menceritakan tentang Allah dan hari akhir. Disebutkan, bahawa Ibnu Sina berjalan di atas kaedah ini kemudian dia menulis karya Al Adhhuwiyah.

Dia berkata pada akhir ucapannya, “Sesungguhnya mereka mengatakan, bahawa para nabi sengaja memahamkan orang ramai dengan cara berdusta dan berbuat batil untuk kemaslahatannya dan syaikhul Islam menganggap mereka itu falsafah yang kafir”

Dalam kitabnya yang lain, Al Istiqamah, Ibnu Taimiyah menyebutkan bahwa Ibnu Sina adalah shabiah (penyembah bintang) yang mencampuradukkan agama dengan falsafah.

Ibnul Qayyim Al Jauziyah menjelaskan tentang kerancuan falsafah secara umum dan Ibnu Sina secara khusus, “Ibnu Sina adalah seorang lelaki yang mu’atthil (menafikan sifat-sifat Allah), musyrik, menginkari kenabian, serta tidak percaya dengan adanya awal permulaan, akhirat, rasul, dan tidak memercayai kitab suci”

Ibnul Qayyim turut menambah, “Ibnu Sina sebagaimana yang diberitakannya sendiri pernah mengatakan, ‘aku dan ayahku termasuk pengikut mazhab penguasa’, sedangkan penguasa saat itu termasuk pengikut Qaramithah (Syi’ah) yang tidak percaya dengan permulaan, tempat kembali (akhirat), Tuhan pencipta, rasul yang datang dan diutus dari sisi Allah”

Dan di tempat lain, Ibnul Qayyim menyebutkan, “Ibnu Sina adalah pemimpin orang-orang mulhid (kafir/menyimpang/tidak percaya pada Tuhan)”. Beliau berkata juga, “kesimpulannya, orang-orang mulhid ini serta para pengikutnya dari kaum mulhid adalah orang-orang yang tidak percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari akhir”

Imam Ibnu Shalah ketika ditanya tentang kelompok dari kaum muslimin yang menisbatkan diri mereka pada ahli ilmu dan tasawuf, apakah boleh bagi mereka menyibukkan diri dengan membaca karya tulisan Ibnu Sina dan menelaah buku-bukunya, apakah boleh bagi mereka berkeyakinan bahawa dia itu (Ibnu Sina) ulama atau bukan? Imam Ibnu Shalah menjawab;

“Hal itu tidak dibenarkan kepada mereka, dan kepada sesiapapun yang melakukan perkara sedemikian, maka dia telah menipu agamanya dan akan terbukanya fitnah yang jauh lebih besar. Dia (Ibnu Sina) tidak termasuk dalam kelompok ulama, bahkan dia adalah salah satu syaitan dari syaitan-syaitan manusia. Dia berada dalam kebingungan dalam banyak hal”

Maka hati hatilah kita dalam menyanjung atau memberikan contoh tauladan Intelektual, masih  banyak Intelektual Polymath lain selain Ibnu Sina, jangan sampai kita menyanjung Tokoh yang jatuh dalam Ke Kafiran. Dakwah Media


Sumber :

Imam Al Ghazali, Tahafut Al Falasifa (Membongkar Tabir Kerancuan Filosof, Penerbit Nuansa Cendikia 2012

Imam Adzahzbi, Mizanul I’tidal

Imam Taqiyuddin An Nabhani, At Takir ( Hakekat Berfikir) Penerbit Pustaka Thariqul Izzah Bogor




Dakwah Media

Previous
Next Post »