Amar Munkar-Nahi Ma`ruf

Oleh: Ali Akbar Bin Muhammad bin Aqil

DALAM sebuah kesempatan, Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassallam berbicara di hadapan para sahabatnya. “Bagaimana menurut kalian, jika perempuan-perempuan kalian tidak patuh, pemuda-pemuda kalian berlaku durhaka, dan kalian meninggalkan kewajiban berjihad?” Para sahabat yang mendengar pertanyaan tersebut terperanjat kaget. Mereka penasaran dengan pertanyaan dari Rasul ini. Sahabat bukan tidak percaya kepada nabi tapi kaget dengan isi yang dikandung dalam pertanyaannya.

Kemudian, para sahabat bertanya, “Apakah keadaan yang demikian itu akan terjadi, wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Iya, demi Allah nanti akan terjadi sesuatu yang lebih parah dari itu?” “Apa itu wahai Rasul, sesuatu yang lebih parah dari itu?” Kata Nabi, “Bagaimana jika kalian tidak melakukan Amar Ma`ruf-Nahi Munkar?”

Lagi-lagi, untuk kesekian kalinya para sahabat tidak habis pikir mendengar pernyataan terakhir dari nabi ini. Umat Islam di masa itu diberi kemuliaan oleh Allah sebagai umat terbaik berkat kesigapannya dalam melakukan Amar Ma`Ruf-Nahi Munkar, seperti firman Allah:

كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (Qs. Ali Imran : 110).

Didorong rasa penasaran, para sahabat bertanya kembali, “Apakah keadaan demikian akan terjadi, wahai Rasulullah SAW?” Kata Rasul memberikan jawaban, “Bahkan yang lebih memiriskan dari itu akan terjadi!” “Apa itu, wahai Rasul?” Rasul mengatakan, “Bagaimana menurut kalian, jika kalian menyuruh kepada kemunkaran dan mencegah kebaikan?” “Apakah hal tersebut akan terjadi?” “Iya, Demi Allah bahkan yang lebih para dari itu akan terjadi! Allah berfirman, “Aku bersumpah dengan Dzat-Ku, sungguh akan Aku buka bermacam fitnah sampai-sampai orang yang bijaksana (para ulama) dalam keadaan bingung.”

Hadits yang tertuang dalam kitab Ihya` Ulumuddin karya Imam Ghazali ini mengandung Lima Pelajaran penting untuk kita semua.

✔Pertama, ketidakpatuhan perempuan

Di masa sekarang, tidak sedikit oknum perempuan yang tidak malu menampakkan lekuk tubuhnya membuka aurat, menjual diri, berselingkuh padahal ia telah bersuami, dan lepas tanggungjawab dalam mendidik anak-anaknya dengan alasan mengejar karir. Tentu saja, bukan hanya perempuan, pihak laki-laki juga turut andil dalam kedurjanaan kaum perempuan, utamanya ayah atau suami mereka.

✔Kedua, pemuda yang durhaka

Sikap durhaka seorang oknum pemuda tampak misalnya, dalam mempergauli ayah-ibunya. Seorang pemuda telah berani melotot kepada orangtuanya, mengusir, dan menganiaya orangtua. Beberapa di antaranya terpengaruh tayangan sinetron atau film di televisi yang mengajarkan hal seperti itu.

Padahal, Allah telah mengajarkan kepada kita untuk berbakti kepada orangtua;

وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah, janganlah kamu membentak mereka, dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.” (Qs. Al-Isra` : 23).

Kedurhakaan pemuda bisa pula karena adanya pengajian sempalan yang mengajarkan kepada muridnya untuk memboikot anggota keluarganya yang tidak mau bergabung dalam pengajiannya. Kedurhakaan seperti itu muncul, salah satunya, dalam masalah pernikahan. Sang oknum Murabbi memberi fatwa kepada anggota halaqah pengajiannya untuk tidak perlu meminta restu orangtuanya dalam menikah, yang penting sang murabbi telah memberikan restu perjodohannya, orangtua tidak usah cawe-cawe, karena mereka orang yang jahil. Di sini, para pemuda diajari untuk berlaku durhaka kepada orangtuanya. Bahkan ada pengajian yang mengatakan, kalau orangtuanya tidak ikut pengajian, hartanya boleh diambil tanpa izinnya.

✔Ketiga, meninggalkan jihad

Di Indonesia khususnya, seseorang yang lantang berbicara soal jihad yang benar berpotensi dituduh sebagai teroris, radikalis, fundamentalis, dan tuduhan-tuduhan memojokkan lainnya. Di sisi lain, ada orang yang mengatakan, “Yang penting saya baik, saya shalat, saya berdoa, masa bodoh dengan orang yang kumpul kebo, memakai Narkoba, bermain judi. Pokoknya saya ibadah.” Sosok-sosok semacam ini merupakan golongan yang ananiyah (egois).

✔Keempat, kemunkaran yang dianggap sebagai kebaikan

Para Ulama yang istiqamah berjuang menegakkan syariat Islam, berdakwah di jalan Allah dengan segala daya dan upaya, dan pantang mundur dalam melawan kemaksiatan, dituding sebagai preman berjubah, pelaku anarkis, teroris. Sementara, sosok pelacur yang menjual harga dirinya dan menjajakan tubuhnya, disebut dengan panggilan yang sopan, yaitu kupu-kupu malam.

Selain itu, pesantren yang telah berjasa dalam kemerdekaan Republik Indonesia lewat perjuangan para santri, dicurigai sebagai sarang teroris namun diskotik diberi izin, dilindungi, dan dibiarkan berjalan lancar. Ketika umat hendak menyelenggarakan acara keagamaan: mauled, istighatsah, tablig akbar, diberondong pertanyaan: siapa yang mengundag? Apa susunan acaranya? Siapa yang diundang sebagai penceramah? Bandingkan dengan Inul yang manggung di sebuah even, mendapat pengawalan yang memadai. Padahal kegiatan Inul dan Ulama jelas berbeda jauh. Kebaikan dianggap sebagai kemunkaran.

Lebih dari itu, tayangan-tayangan pornografi yang diprotes oleh Umat Islam, dibela oleh pecinta kemunkaran sebagai bentuk keindahan seni, bukan pornografi. Belum lagi, berbicara tentang minuman keras yang menyebar di pelbagai pelosok. Minuman keras yang jelas keharamannya, justeru dipromosikan dan dipampang di berbagai sudut yang sama artinya menyerukan kepada kemunkaran dan dibela pula sebagai minuman sebagai minuman penghangat badan.

✔Kelima, jika empat fenomena di atas telah terjadi di suatu masa, maka Allah membuka pintu fitnah sebagai bentuk murka-Nya.

Manakala kemurkaan dan fitnah itu telah terbuka, maka musibah seperti tanah longsor, gempa bumi, letusan merapi, semburan lumpur, kebakaran di kota sampai tengah hutan, penyakit menular, krisis ekonomi, penganguran, tinggal menunggu waktunya saja dan keadaan seperti ini yang tengah terjadi.

Kesimpulannya, kenapa banyak musibah? Karena Allah murka. Mengapa Allah murka? Karena maksiat merajalela. Mengapa maksiat merajalela? Sebab amar ma`ruf-nahi munkar tidak ditegakkan. Mengapa amar ma`ruf-nahi munkar tidak ditegakkan? Sebab iman dan takwanya melemah.

Maka kuncinya, jika tidak ingin musibah datang, jangan membuat Allah murka. Jika tidak ingin membuat Allah murka, jangan biarkan maksiat merajalela. Jika tida ingin maksiat merajelela, tegakkan amar ma`ruf-nahi munkar. Bila ingin amar ma`ruf-nahi munkar tegak, tingkatkan iman dan takwa. Jika iman dan takwanya kuat, maka amar ma`ruf-nahi munkar dapat ditegakkan.

Jika amar ma`ruf-nahi munkar telah ditegakkan, maksiat tidak akan merajalela. Kalau maksiat tidak akan merajalela, Allah tidak akan murka. Kalau Allah tidak murka, maka musibah tak akan datang bahkan rahmat dan keberkahan yang akan dilimpahkan.*

Penulis pengajar di Pesantren Darut Tauhid, Malang

from Hidayatullah



from
via Pusat Media Islam
Previous
Next Post »