UMAT Islam hendaknya jangan mudah terpengaruh dengan berbagai isu di media massa maupun social media yang belum diklarifikasi. Agama Islam mengajarkan agar umatnya melakukan tabayun (cek and ricek) ketika mendengar isu yang belum diyakini kebenarannya.
Demikian pesan yang disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam menyambut bulan suci Ramadhan saat jumpa pers “Penentuan Awal Ramadhan 1436 H” di Kementerian Agama (Kemenag), Jl. MH. Thamrin, Jakarta Pusat, Selasa (16/6).
Sehubungan dengan kontroversial yang berkembang di media massa dan social media, terkait kicauan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saefuddin melalui akun twitter, Din yang juga Ketua Umum MUI ini meminta umat Islam agar tak perlu dikembangkan.
Seperti diketahui, dalam twitnya Menag mengatakan: @lukmansaifuddin: “Warung2 tak perlu dipaksa tutup. Kita hrs hormati juga hak mrk yg tak berkewajiban dan tak sedang berpuasa..”. Twit Menag ini muncul sebagai tanggapan atas adanya pandangan yang menghendaki agar warung-warung ditutup selama bulan puasa.
“Saya sudah bertanya langsung dengan beliau (Menag), tentang kontroversi yang berkembang, seolah orang yang berpuasa tidak perlu dihormati, dan yang tidak berpuasa, boleh membuka rumah makan dan restoran atau warung. Setelah saya klarifikasi, ternyata itu tidak benar. Sejak awal saya tidak meyakini itu pendapat Pak Menteri,” ujar Din.
Yang dimaksud Menteri Agama adalah kita seluruh umat Islam perlu mengembangkan toleransi dan sikap tenggangrasa. Tentunya, yang berpuasa harus kita hormati, termasuk agama lain yang tidak berpuasa. Begitu juga, jika ada umat Islam yang sakit atau dalam perjalanan, tentu dibolehkan untuk tidak berpuasa. Karenanya kita juga menghormati yang tidak puasa karena berhalangan tadi.
“Jangan paksakan umat Islam yang berhalangan untuk berpuasa. Sudah saatnya, umat Islam meningkatkan kedewasaan dalam beragama. Diharapkan, kita menghormati orang yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa karena uzur atau berhalangan,” ungkap Din.
Din menghimbau, alangkah elok, bilanya bisa penjaja makanan seperti restoran atau rumah makan menutup sementara di siang hari, dan membuka usahanya di malam hari. Insya Allah rezekinya akan berlimpah. Ia juga mengatakan, jangan melakukan tindak kekerasan, sehingga tak perlu ada sweeping selama bulan suci Ramadhan.
“Karenanya, ada dua orientasi keberagamaan yang harus dilakukan umat Islam selama Ramadhan, yakni penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan penguatan diri. Kita isi bulan yang mulia ini untuk meraih predikat muttaqin (taqwa) dengan aktivitas ibadah Ramadhan. Terpenting, umat Islam Indonesia tetap menjaga ukhuwah Islamiyah,” jelas Din.
Din mengajak agar sama-sama menyucikan diri dari segala dosa dan segala bentuk pelanggaran yang pernah kita lakukan sebelumnya. Dengan penguatan diri, diharapkan diakhir Ramadhan, kita akan tampil sebagai pribadi yang bertaqwa dan paripurna,” himbau Din. [Desastian/Islampos].
islampos mobile :
Redaktur: Fatmah Hasan
from Islampos
from
via Pusat Media Islam
ConversionConversion EmoticonEmoticon