Umat Islam Solo Meminta Seminar Berbau Komunisme Dibubarkan

seminar komunismeSOLO, Muslimdaily.net – Sejumlah tokoh dan ormas Islam Solo mendatangi TBJT (Taman Budaya Jawa Tengah), tempat di mana diselenggarakannya Seminar yang mengambil tema “Layanan Kesehatan Korban Tragedi 1965/1966 untuk Mewujudkan Rekonsiliasi”. Seminar yang diselenggarakan oleh Sekber ‘ 65 tersebut diindikasikan berbau komunisme.


Ormas Islam yang terdiri dari LUIS (Laskar Umat Islam Surakarta), JAS (Jamaah Asharus Syariah), Hizbullah Divisi Sunan Bonang serta MMI (Majelis Mujahidin Indonesia) meminta agar acara yang bermotif kebangkitan komunisme tersebut dibubarkan.


Komandan Hizbullah Yani Rusmanto dalam orasinya mengatakan bahwa umat Islam di Solo perlu berhati-hati terkait kebangkitan komunisme.


“Pergerakan komunisme pertama lahir di Kota Solo. Sudah sewajarnya sebagai umat Islam Solo untuk mewaspadai segala bentuk ancaman laten komunisme yang berubah-ubah bentuknya “ ujarnya. Selasa (24/2).


Sementara itu Ust A Dahlan selaku wakil dari MUI Kota Solo berharap agar acara tersebut dibubarkan.


“Kemarin kami sudah menghadap Kapolres dan ia mengatakan bahwa acara seminar ini tidak memiliki ijin. Karena ada info bahwa acara tetap akan dilaksanakan maka kami terpaksa turun” ujarnya dihadapan wartawan.


Ia menambahkan, umat Islam Solo harus siap bekerja siang malam karena mereka (orang komunis) melaksanakan acara tengah malam, jangan sampai kecolongan lagi sepeti yang terjadi di Kampung Bratan.


Selain itu kita harus selalu mewaspadai jika ada nama sekber 65. Karena ormas tersebut merupakan PKI gaya baru. Walaupun kegiatannya dikemas dalam bentuk baik bakti sosial ataupun layanan kesehatan.


Merespon protes dari umat Islam Polres Surakarta langsung melakukan tindakan dengan membubarkan acara tersebut. Banyak peserta mantan PKI yang datang dan diminta untuk kembali ke rumah. Peserta yang rata-rata sudah berusia tua tersebut datang dari berbagai daerah. Ada yang dari Semarang, Sumenep dan lain sebagainya.


Aksi yang berlangsung damai dan tertib tersebut dijaga puluhan aparat kepolisian baik berseragam ataupun berpakaian preman.


Dalam undangannya seminar tersebut menghadirkan beberapa pembicara diantaranya, Nurkholis (Komisioner Komnas HAM), Hasta Laksana (Komisioner LPSK) serta Handoyo Laksana (Dosen Hukum UNS)


Tertulis diacara undangan, Ketua PC NU Solo Helmy A Sakdilah dan Ketua Mega Bintang Moedrick Sangidu direncanakan akan memberikan sambutannya. Namun setelah dikonfirmasi ternyata yang bersangkutan merasa tidak dihubungi.


”Saya kecewa, Saya juga sudah ingatkan kepada panitia, tidak ada rekonsiliasi dengan Komunis di Indonesia,” ujar Helmy. Hal senada juga diungkapkan Moedrick Sangidu.


Sementara itu dalam jumpa persnya dihadapan wartawan Winarso selaku koorditar Sekber 65 sekaligus ketua panitia seminar mengungkapkan kekecewaannya. Didampingi LBH Yogyakarta ia mengatakan


“Harusnya kepolisian bersikap profesional tidak takut dengan tekanan dari organisasi intoleran. Panitia juga berniat melaporkan Kapolresta Surakarta ke Mabes Polri,” ujarnya.





Previous
Next Post »