Bahas Begal, Mendikbud: Orangtua Perlu Sadari Video Game Bagi Anak


Anies berharap orangtua menyadari tentang pengkategorian video game ini, serta membimbing anak-anaknya memilih video game




Hidayatullah.com– Berita pembegalan yang marak dilakukan remaja di bawah umur menjadi perhatiann Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan.


Dalam Seminar Pendidikan Karakter di Bandung, Sabtu (28/02/2015) ia menyinggung tentang maraknya berita kekerasan oleh dan terhadap anak akhir-akhir ini yang banyak dilakukan kalangan remaja.


“Ada berbagai kemungkinan faktor penyebab kecenderungan kekerasan oleh anak yang perlu diteliti besar pengaruhnya. Kita perlu melihat secara utuh faktor-faktor yang ada di sekolah, keluarga dan masyarakat,” ujar Anies.


Dalam seminar itu, Anies memberi contoh tentang kerentanan anak dalam masa perkembangan dalam membedakan yang maya dan nyata, serta sinetron dan video game bagi dewasa sebagai contoh kemungkinan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan anak-anak.


“Ada banyak riset tentang video game, ada yang mengaitkan video game dengan kecenderungan tindakan kekerasan, ada pula yang menyatakan tidak keterkaitan signifikan. Riset-riset ini tidak benar-benar konklusif dan sering bersifat kondisional. Artinya, video game yang berbeda dapat memberikan dampak positif atau negatif berbeda pada anak yang berbeda dan tergantung pula pada porsi dan cara penggunaannya,” kata Anies usai seminar.


Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan video game yang tepat dapat memberikan dampak positif pada anak, bahkan dapat dirancang khusus sebagai media pembelajaran. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahwa tidak semua video game cocok untuk dimainkan oleh anak semua umur.


“Anak-anak dalam masa perkembangan memiliki pemahaman yang berbeda tentang situasi yang dihadapi dibanding orang dewasa. Mereka kadang kesulitan membedakan antara yang maya dan nyata, serta belum memahami secara utuh batasan-batasan benar-salah, boleh-tidak boleh, menyakiti-tidak, dan terutama dampak tindakannya jauh ke depan.”


Mendikbud mengingatkan bahwa atas alasan-alasan inilah video game pun memiliki sistem rating yang memberi peringatan pembelinya tentang kecocokan konten untuk dimainkan anak usia tertentu. Di Amerika, misalnya, terdapat sistem Entertainment Software Rating Board.


Dalam sistem ESRB, terdapat enam kategori rating, yaitu: Early Childhood (cocok untuk anak usia dini), Everyone (untuk semua umur), Everyone 10+ (untuk usia 10 tahun ke atas), Teen (untuk usia 13 tahun ke atas), Mature (untuk usia 17 tahun ke atas) dan Adults Only (untuk dewasa), serta satu kategori antara Rating Pending. Deskripsi konten dalam ESRB pun beraneka, mulai dari Blood and Gore, Intense Violence, Nudity, Sexual Content, sampai Use of Drugs. Di kotak video game biasanya terdapat pengkategorian seperti ini, semisal “Mature 17+: Blood and Gore, Sexual Theme, Strong Language”.


Mendikbud Anies Baswedan menjelaskan bahwa permasalahan video game di Indonesia adalah peredarannya yang massif dan begitu mudah diakses oleh anak dan remaja yang memainkannya tanpa memperhatikan kategori rating.


Anies berharap orangtua menyadari tentang pengkategorian video game ini, serta membimbing anak-anaknya memilih video game yang cocok bagi mereka dan menghibur tanpa berisiko memberikan dampak buruk, serta mengawal porsi anak-anak bermain video game.*






Previous
Next Post »